Berita Terkini Headline Animator

selamat datang di Blog'e Kang Yitt ...

Persaingan Dalam Berbisnis Dengan Allah

Persaingan
Dalam berbisnis, persaingan tidak dapat dihindari. Ini baik jika persaiangan tersebut sehat. Karena ia dapat memacu para pesaiang untuk menawarkan produk yang bermutu sekaligus dengan harga yang bersaing. Di era globalisasi ini, semakin jelas dalam kenyataan betapa persaingan tersebut tidak sehat, bukan saja karena dipaksakan terjadi antara yang kuat dan yang lemah, bagaikan memaksa anak kecil berlomba mealawan atlet dewasa, tetapi juga praktek persaingan itu tidak jarang disertai dengan cara-cara yang tidak wajar. Tidak heran jika ada pendapat umum yang menilai bisnis adalah amoral, yakni tidak perlu dikaitkan dengan moral dan dengan demikian dia dapat menghalalkan segala cara meraih keuntungan sebanyak mungkin.

Benar, bahwa pebisnis perlu bersaing dan perlu menempuh segala cara- yang benar- untuk meraih keuntungan, tetapi harus diingat bahwa keuntungan dimaksud bukan hanya keuntungan materi tetapi juga keuntungan non materi. Tidaklah benar yang dipertaruhkan oleh pebisnis hanya materi saja, tetapi juga nama baik secara pribadi bahkan nama baik keluarganya serta kepentingan orang lain, baik karyawan yang bekerja bersamanya maupun masyarakat umum. Seorang pebisnis yang melakukan praktik-praktik tidak sehat, segera akan dikenal dan dan dengan demikian mengantar konsumen beralih darinya dan meninggalkan produknya.
Agama tidak melarang sesorang meraih materi, hiasan, dan gemerlap duniawi yang banyak sekalipun, karena dengan demikian ia memperoleh sarana kehidupan bahagia di dunia sekaligus sarana untuk menabung guna kebahgaian hidupnya di akherat. Dengan perolehan yang banyak, semakin banyak pula kesempatan untuk menempuh cara yang tidak sah dalam perolehannya, antara lain, dengan persaingan yang tidak sehat. Hal tersebut dilarang karena bias mengantar pada kelengahan akan makna dan tujuan hidup. QS. at-Takatsur [102] : 1-2). Rasul saw. menggambarkan persaingan dan ketamakan manusia dengan sabda Beliau bahwa Allah Berfirman :
“Seandainya seorang manusia (yang lengah) memiliki satu lembah penuh emas, niscaya pasti ia masih menginginkan dua lembah. Tidak ada yang memenuhi mulut (ambisi) putra putri Adam keculai tanah dan Allah menerima taubat siapa yang yang bertaubat.” (HR. Bukhari melalui Anas bin Malik).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar